08.07
makalah makiya dan madaniyah
Di ajukan untuk
memenuhi tugas kelompok ulumul qur’an
Dosen pembimbing : Drs. H. Nanang
Naisabur, MH
Disusun oleh:
Deden heryanto
FAKULTAS
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI) AL-FALAH
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A Latar
Belakang................................................................................................................
B.Rumusan Masalah...........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
E. Ciri-Ciri
Surat Makiyah Dan Surat Madaniyah..............................................................6
F. Surat Makiyah Dan Madaniyah Serta Surat-Surat Yang Diperselisihkan......................7
G. Jenis-Jenis Kategori Surat Makiyah
Dan Madaniyah....................................................8
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
B. Daftar
Pustaka..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada masa turunnya ayat
al-qur’an para sahabat tidak terlalu mengedepankan perbadaan antara ayat makki
dan madani karena mereka (para sahabat) sudah mengetahui langsung ayat makki
dan madani dari rasulullah SAW, sedangkan pada jaman sekarang orang orang kurang
mengetahui perbedaan antara ayat makki dan madani , maka dari itu kami
menganjurkan kepada seluruh mahasiswa atau seluruh umat muslim untuk memperdalam/mengetahui tentang ayat
ayat makki dan madani dari berbagai kitab kitab yang ada dan diantaranya dari
makalah kami ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian makki dan madani
2.
Apa
perbedaan antara makki dan madani
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
makki dan madani
2.
Untuk mengetauhi perbedaan
antara makki dan madani
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pengertian Surat Makiyah dan Madaniyah Ada
tiga pengertian yang dipakai para ulama’ dalam mengartikan surat makiyah dan
madaniyah, yaitu
1. Surat Makiyah adalah yang diturunkan di Makkah walaupun turunnya itu
setelah hijrah. Yang termasuk turun di Makkah adalah daerah-daerah yang masih
dalam kawasan Makkah, seperti di Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan surat
Madaniyah adalah yang diturunkan di Madinah. Yang termasuk turun di Madinah
adalah seperti di kawasan Badar dan Uhud. Pembagian ini berdasarkan tempat
turunnya Al-Qur’an (segi makani), tetapi hal ini tidak bisa dijadikan patokan
atau batasan, karena hal ini tidak mencakup ayat-ayat yang diturunkan di selain
Makkah dan Madinah. Tidak diragukan lagi bahwa tidak adanya batasan dalam
pembagian itu menyebabkan tidak masuknya sejumlah ayat yang diturunkan diantara
keduanya. Dan yang demikian ini mengandung cacat.
2. Surat Makiyah adalah yang mengkhitobi penduduk Mekkah, sedangkan ayat
Madaniyah adalah yang mengkhotobi penduduk Madinah. Dari pengertian ini, dapat
difahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dimulai dengan ياايهاالناس adalah ayat Makiyah, dan ayat-ayat yang
dimulai dengan ياايهاالذين امنوا adalah termasuk ayat
Madaniyah. Karena kebanyakan orang kafir itu dari penduduk Makkah, meskipun
dari penduduk Madinah juga ada yang kafir. Sedangkan orang-orang yang beriman
kebanyakan dari penduduk Madinah, walaupun dari penduduk Mekah juga ada yang
beriman.
B. PEMBAGIAN DARI SEGI
MUKHOTOBNYA
Pembagian ini didasarkan pada
mukhotobnya (segi khitobi), tetapi ketentuan tadi mengecualikan dua hal :
1. Tidak adanya patokan dan
batasan. Sebenarnya permulaan surat dalam Al-Qur’an tidak hanya dimulai dengan
salah satu kedua lafadz tersebut. Sebagaimana dalam permulaan
suratal-Munafiqun: اذاجاءك المنافقون قالوانشهدانك
لرسول الله والله يعلم انك لرسوله والله يشهد ان المنا فقين لكادبون. (المنا
فقون:1) Artinya : “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,mereka
berkata:”Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rosul Allah”. Dan
Allah mengetahui sesungguhnya kamu benar-benar Rosul-Nya; Dan Allah mengetahui
sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.(QS.Al-Munafiqun:1).[1]
2. Pembagian ini tidak berlaku secara umum
dalam kedua sighot tersebut, melainkan terdapat ayat-ayat Madaniyah yang
dimulai dengan sighot “Yaa Ayyuhan Naasu”dan terdapat ayat-ayat Makiyah yang
dimulai dengan “Yaa Ayyuhal Ladziina Amanu”. Contoh yang pertama QS. An-Nisa’.
Sebenarnya surat ini termasuk surat Madaniyah, namun permulaannya “Yaa Ayyuhan
Nasu taku Robbakum”. Sedangkan contoh yang kedua adalah QS. Al-Hajj. Sebenarnya
surat ini termasuk dalam kelompok surat Makiyah. Namun pada bagian akhir
terdapat : يـــا ايها الذ ين امنوا ار كعوا واسجد وا
. Sehingga sebagian ulama mengatakan, apabila yang dimaksud adalah sebagian
besar ayat itu dimulai dengan ungkapan tersebut, maka yang demikian itu adalah
benar.
3. Ayat Makiyah adalah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum nabi hijrah, walaupun turunnya di lain
kota Mekah. Sedangkan ayat Madaniyah adalah yang diturunkan setelah nabi
hijrah, walaupun turunnya di Makkah. Pembagian ini dilihat dari waktu turunnya
(segi zamani). Pembagian ini adalah pembagian yang benar dan selamat dari
cacat, karena di sini terdapat patokan dan batasan yang barlaku secara
umum.Oleh karena itu,kebanyakan ulama’ berpegang pada pendapat ini. Sebagaimana
firman Allah SWT:
اليوم اكملت لكم دينكم
واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا Artinya : “Pada hari ini telah
Ku-sempurnakan untuk kamu agamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agama bagimu.(Al-maidah:3) [2]Ayat
ini diturunkan pada hari Jum’at di Arafah ketika haji Wada’, tetapi ayat ini
termasuk ayat madaniyah.
C. FAEDAH MENGETAHUI SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
1. Untuk dijadikan alat bantu
dalam menafsirkan Al-Qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat
membantu memahami ayat tersebut dan mentafsirkannya dengan tafsiran yang benar,
sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang
khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan mana nasikh dan
mana mansukh bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Contoh:
والذين يتوفّون منكم ويذرون ازواجا وصية لازوجهم متاعا
الى الحول(البقرة :240) Dinasikh dengan ayat: يتربصن بانفسهن اربعة اشهر وعشرا(البقرة :234)
2. Meresapi gaya bahasa
Al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab
setiap situasi mempunyai bahasa sendiri.
3. Mengetahui sejarah hidup
Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rosululloh
sejalan dengan sejarah dakwah beserta segala peristiwanya.
4. Mengetahui tarikh tasyri’
dan pemantapan dalam mentasyri’kan hukum secara umum. 5. Percaya bahwa AL-Qur’an telah
sampai kepada kita terhindar dari perubahan dan pembelokan. Oleh karena itu
perlu bagi orang-orang islam mengetahuinya dengan seksama, sehingga mereka bisa
mengatahui, dan kemudian beralih mengetahui ayat-ayat yang diturunkan sebelum
hijrah dan sesudah hijrah, ayat-ayat yang diturunkan pada siang hari dan pada
malam hari, demikian juga tentang yang diturunkan di waktu malam, di waktu
siank,diturunkan secara bersama-sama[3]
6. Agar dapat meningkatkan keyakinan terhadap
kebenaran, kesucian dan keaslian al-Qur’an.
Dr Subhi Shalih dalam bukunya
“Mabahits fi Ulumil Qur’an” mengatakan bahwa faedah dari ilmu ini adalah:
1. Dapat mengetahui fase-fase
dari da’wah islamiyah yang ditempuh oleh Al-Qur’an secara berangsur-angsur dan
sangat bijaksana.
2. Dapat mengetahui situasi
dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya ayat-ayat Al-Qur’an,
khususnya masyarakat Mekkah dan Madinah.
3. Dapat mengetahui
Uslub-uslub bahasanya yang berbeda, karena ditujukan kepada golongan-golongan
yang berbeda.[4]
D. CARA-CARA MENGETAHUI SURAT MAKIYAH DAN
MADDANIYAH.
Untuk Mengetahui Surat Makiyah
dan Madaniyah para ulama’ bersandar pada dua cara utama :
1. Sima’i naqli (pendengaran
seperti apa adanya),
yakni melalui riwayat yang
berasal dari sahabat dan tabi’in, karena Nabi saw. Tidak pernah menjelaskan
ayat Makiyah dan Madaniyah. Hal ini karena umat Islam pada waktu itu tidak
memerlukan keterangan seperti itu. Bagaimana mereka masih memerlukannya? Padahal
mereka menyaksikan sendiri diturunkannya wahyu dan Al-Qur’an, menyaksikan
tempat turunnya, waktunya, sebab-sebab diturunkannya secara jelas. “Yang sudah
jelas tidak memerlukan penjelasan lagi.”
2. Qiyasi ijtihadi (qiyas
hasil ijtihad),
yakni didasarkan pada
ciri-ciri Makiyah dan Madaniyah.
E. CIRI-CIRI SURAT MAKIYAH DAN
SURAT MADANIYAH
Ciri-ciri khas untuk surat
Makkiyah dan surat Madaniyah ada 2 macam, yaitu yang bersifat qath’i dan
bersifat aghlabi.
A. Ciri-ciri khas yang bersifat
qath’i dari surat Makkiyah adalah:
1. Setiap surat yang
mengandung ayat sajdah.
2. Setiap surat yang
didalamnya terdapat lafadh “kalla”. Lafadz ini di dalam Al-Qur’an telah
disebutkan sebanyak 33 kali dalam 15 surat dan kesemuanya itu dalam separuh
Al-Qur’an yang akhir.
3. Setiap surat yang terdapat
seruan ياايهاالناس kecuali Surat Al-Hajj
ayat 77.
4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah para
nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali Surat Al-Baqarah.
5. Setiap surat yang terdapat
kisah Nabi Adam dan Idris, kecuali surat al-Baqarah.
6. Setiap surat yang dimulai
dengan huruf tahajji (huruf hija’iyah), kecuali surat al-Baqarah dan Ali Imran.
Mengenai surat ar-Ra’d ada dua pendapat. Jika dilihat dari segi uslub dan
temanya, maka lebih tepat dikatakan surat Makiyah, tetapi sebagian ulama’ lain
mengatakan surat Madaniyah.
B. Adapun ciri-ciri khas yang bersifat aghlabi dari surat Makkiyah
adalah:
1. Ayat-ayat dan
surat-suratnya pendek-pendek, nada perkataannya keras dan agak bersajak.
2. Mengandung seruan untuk
beriman kepada Allah SWT dan hari akhir serta menggambarkan keadaan surga dan
neraka.
3. Menyeru manusia berperangai
mulia dan berjalan lempeng diatas jalan kebajikan.
4. Mendebat orang-orang
musyrikin dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
5. Banyak terdapat lafadh qasam (sumpah).
C. Sedangkan ciri-ciri khas dari surat-surat Madaniyah yang bersifat
qath’i adalah sebagai berikut:
1. Setiap surat yang
mengandung izin berjihad, atau ada penerangan tentang jihad dan penjelasan
tentang hukum-hukumnya.
2. Setiap surat yang
menjelaskan secara terperinci tentang Hukum Pidana, Fara’idh, Hak-hak Perdata,
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan
dan kenegaraan.
3. Setiap surat yang
didalamnya menyinggung hal ihwal orang munafiq, kecuali surat Al-Ankabut.
4. Setiap surat yang mendebat
kepercayaan ahli kitab, dan mengajak mereka tidak berlebih-lebihan dalam
beragama.
D. Selain empat ciri di atas, ada lagi ciri khas
dari surat-surat Madaniyah yang bersifat aghlabi, yaitu sebagai berikut:
1. Suratnya panjang-panjang,
dan sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang serta jelas dalam menerangkan
hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.
2. Menjelaskan secara terperinci bukti-bukti
dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat keagamaan.
F. SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
SERTA SURAT-SURAT YANG DIPERSELISIHKAN.
Di dalam kitab Al-Itqon, Imam As-Suyuti banyak
mengutip pendapat para ulama’ dalam menentukan surat-surat yang termasuk dalam
kategori Makiyah dan Madaniyah. Diantara pendapat yang paling sesuai adalah
yang dikemukakan oleh Abu Al-Hasan dalam kitabnya “Al-Nasikh wa Al-Mansukh”.
Beliau mengatakan, berdasarkan kesepakatan ulama’ bahwa surat-surat Madaniyah
itu ada 20 surat, yaitu : Al-Baqoroh, Ali ‘Imron, An-Nisa’, Al-Maidah,
Al-Anfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Al-Hadid,
Al-Mujadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah, Ak-Munafiqun, At-Talaq,
At-Tahrim dan An-Nashr. Sedangkan yang diperselisihkan ada 12 surat, yaitu:
Al-Fatihah, Ar-Ro’d, Ar-Rohman, As-Shaff, At-Taghabun, At-Tatfif, Al-Qodar,
Al-Bayinah, Al-Zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Selain yang
disebutkan di atas adalah surat Makiyah, yaitu 82 surat. Maka jumlah
surat-surat Al-Qur’an itu semuanya ada 114 surat. [5]
G. JENIS-JENIS KATEGORI SURAT
MAKIYAH DAN MADANIYAH
Terkadang satu surat semua
ayatnya Makiyah, atau semua ayatnya Madaniyah. Terkadang juga surat Makiyah
sebagian ayatnya bukan Makiyah, atau surat Madaniyah sebagian ayatnya bukan
Madaniyah. Dan masih banyak lagi jenis kategori yang lainnya.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Mengambil kesimpulan dari apa yang sudah dipaparkan diatas surah makiyah
itu surah yang diturun di mekah sebelum hijrah rasulullah SAW, surah madaniyah
surah yang diturunkan di madinah dan sesudah hijrah. Adapun ciri-ciri surah makiyah dan madaniyah
A. Ciri-ciri khas yang bersifat
qath’i dari surat Makkiyah adalah:
1. Setiap surat yang
mengandung ayat sajdah.
2. Setiap surat yang
didalamnya terdapat lafadh “kalla”. Lafadz ini di dalam Al-Qur’an telah
disebutkan sebanyak 33 kali dalam 15 surat dan kesemuanya itu dalam separuh
Al-Qur’an yang akhir.
3. Setiap surat yang terdapat
seruan ياايهاالناس kecuali Surat Al-Hajj
ayat 77.
4. Setiap surat yang terdapat kisah-kisah para
nabi dan umat-umat terdahulu, kecuali Surat Al-Baqarah.
5. Setiap surat yang terdapat
kisah Nabi Adam dan Idris, kecuali surat al-Baqarah.
6. Setiap surat yang dimulai
dengan huruf tahajji (huruf hija’iyah), kecuali surat al-Baqarah dan Ali Imran.
Mengenai surat ar-Ra’d ada dua pendapat. Jika dilihat dari segi uslub dan
temanya, maka lebih tepat dikatakan surat Makiyah, tetapi sebagian ulama’ lain
mengatakan surat Madaniyah.
B. Sedangkan ciri-ciri khas dari surat-surat Madaniyah yang bersifat
qath’i adalah sebagai berikut:
1. Setiap surat yang
mengandung izin berjihad, atau ada penerangan tentang jihad dan penjelasan
tentang hukum-hukumnya.
2. Setiap surat yang
menjelaskan secara terperinci tentang Hukum Pidana, Fara’idh, Hak-hak Perdata,
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan
dan kenegaraan.
3. Setiap surat yang
didalamnya menyinggung hal ihwal orang munafiq, kecuali surat Al-Ankabut.
4. Setiap surat yang mendebat
kepercayaan ahli kitab, dan mengajak mereka tidak berlebih-lebihan dalam
beragama.
B. DAFTAR PUSTAKA
1.
al-qur’an
al-karim
2.
studi
ilmu-ilmu al-qur’an / ma’na al-qattan; diterjemahkan dari bahasa arab oleh Drs.
Mudzakir AS
3.
Mabahis fi
Ulumul Qur’an, oleh subhi as-salih
4.
Al-Ihkam,
oleh Al-Amidi